Pakaian Adat Pengantin Wanita Suku Sasak, Lombok NTB dan Makna Simbolisnya.

Pakaian adat lambung pakaian adat lombok untuk pengiring pengantin dalam prosesi nyongkolan (Foto: @argaa.mahesa)

Perlu diketahui bahwa makna simbolis pakaian adat pengantin suku Sasak Lombok, Nusa Tenggara Barat yang terkandung di dalamnya, kehidupan sosial suku sasak. Saat ini Pakaian adat ini biasanya di gunakan oleh pengantin saat acara nyongkolan. Dalam membahas makna simbolis pakaian adat pengantin tersebut dibagi atas dua bagian berdasarkan jenis pemakainya dan dibahas mulai dari kepala, leher, badan dan tangan. Dalam pemakaiannya pakaian adat pengantin dapat dilihat pda gambar dibawah ini.

Asesoris Pakaian Pengantin Wanita Sasak Lombok
 Asesoris Pakaian Pengantin Wanita Sasak, Lombok NTB

1. Tata Rias Pengantin Wanita Suku Sasak Lombok

A. Tata Rias Pemenak

Dalam tata rias pengantin Pemenak hanya ada tata rias wajah dan tata rias rambut (sanggul). Pada bagian badan yang lain seperti pada leher, tangan, kaki tidak dirias. Hanya dalam persiapan rias yaitu selama 3 sampai 7 hari sebelum dilakukan rias seluruh badan pengantin diluluri dengan ramuan yang terdiri dari campuran kunyit, lekong (kemiri), bagiq (asam), dan rampe (rajangan pandan wangi dan bermacam-macam bunga). Semuanya digiling sampai lembut ditambah pender (minyak wangi). Luluran ini dimaksudkan agar pengantin segar, wangi dan kulit menjadi kuning.

Setelah itu dilakukan tata rias wajah, yang hanya dikenakan pada pengantin nina (wanita), sedangkan pengantin mama (pria) tidak dirias wajahnya sehingga keadaannya sama dengan sehari-hari yang tampak hanya bekas lulur yang dikenakan selama 7 hari 7 malam sebelumnya. Tata rias wajah pengantin wanita meliputi seluruh wajah dengan titik berat pada dahi, alis, kelopak mata bawah dan bibir. Dalam tata rias wajah ini berturut-turut dikenakan pupur (bedak), pilis alis (penebal alis), celak dan lipstick (gincu). Pemakaian bedak meliputi seluruh wajah yang dikenakan sebagai alas bagi tata rias wajah lainnya. Ramuan untuk bedak ini telah disiapkan sebelumnya yang terdiri dari rendaman beras yang digiling sampai halus, lalu dijemur dalam bentuk bulat-bulat kecil dan diberi minyak wangi (minyak sengeh). Berikutnya dikenakan pilis alis (penghitam alis) yang bahannya dibuat dari gadeng komak (Jawa: daun kara) yang diremas pada telapak tangan sampai berair lalu dioleskan pada alis mata dengan menggunakan kelantek lekoq (tangkai daun sirih). Pada rias mata, bagian yang dirias adalah pinggir kelopak mata bawah Untuk tata rias ini dipergunakan celak mekah (celak dari Mekah) yang biasanya diperoleh dari keluarga yang membawa oleh-oleh dari menunaikan ibadah haji atau dapat dibeli di pasar atau di toko. Celaq mata ini dipergunakan agar mata menjadi kelihatan bulat dan jernih. Tata rias yang terakhir dikenakan untuk muka atau wajah ini ialah pemerah bibir. Atau dipergunakan juga celup beaq (celup merah) yang biasa dipakai sebagai pewarna makanan, sekarang semua bahan-bahan rias sudah jarang dipergunakan, untuk tata rias ini semua sudah bisa dibeli ditoko. Pertimbangannya menurut para juru rias pengantin adalah lebih mudah dan cepat memperolehnya dan tidak repot mengolahnya. Arti lambang estetis dari semua tata rias wajah ini yaitu melambangkan kecantikan seorang wanita. 

Tata rias rambut atau sanggul pengantin wanita sasak
Tata Rias Rambut atau Sanggul Pengantin Wanita Sasak, Lombok

B. Tata Rias Pangkak Kedebong Malang

Dalam merias pengantin, bagian pertama yang harus dilakukan adalah rambut dengan maksud untuk membentuk Pangkak kedebong malang. Dikatakan Pangkak kedebong malang (pangkak=sanggul, kedebong=pelepah batang pisang, malang=melintang) mengandung makna bahwa pemakainya diharapkan mempunyai ketetapan hati yang kokoh, tidak mudah goyah terhadap cobaan, berhati sejuk serta rasa sosial tinggi. Mengenai bentuknya pangkak kedebong malang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Pangkak kedebong malang beserta hiasan-hiasan yang ada di pangkak kedebong malang
Tata Rias Sanggul Pangkak Kedebong Malang Beserta Hiasan-Hiasan yang Ada di Pangkak Kedebong Malang

Setelah pembuatan pangkak kedebong malang atau sanggul, calon mempelai terlebih dahulu melakukan upacara Badudus atau mandi pengantin yaitu upacara simbolis dalam suatu seremonial yaitu memandikan kedua mempelai, dengan didahului oleh orang tua kedua mempelai kemudian dilanjutkan oleh para tamu, yang maksudnya memohonkan doa restu atas keselamatan kedua mempelai di dalam mengarungi bahtera hidupnya .

Setelah kegiatan badudus atau mandi pengganti dilakukan barulah penataan sanggul dilaksanakan. Pertama-tama yang dilakukan adalah anak rambut atau rambut halus yang ada di dahi semua ditarik dengan sisir ke depan lalu dipotong mengikuti lengkungan tumbuhnya rambut di dahi, rambut halus yang sudah dipotong ujungnya tadi diberi perekat santen kane (santan kelapa kental) yang dicampur dengan pisang kayu. Lalu rambut ta siak (rambut disobek menjadi dua bagian). Cara menyibak adalah dengan pertama-tama mengambil garis lurus dengan jari dari ujung hidung yang ditarik ke atas sampai ke ubun-ubun. Kemudian rambut disibak ke arah telinga kiri dan kanan rambut yang telah turun ke arah telinga dibentuk menjadi centung dengan cara memotong sebagian ujung rambut tersebut dan dibiarkan tergerai dengan sedikit dilengkungkan ke depan yang bermakna bahwa sang pengantin telah berstatus sebagai isteri dengan terpotongnya ujung rambut. Sementara pangkal rambut yang ada di ubun-ubun dengan kedua tangan didorong ke depan sehingga menggembung, yang disebut kecibing. Dengan demikian rambut tampak tebal.

Setelah centong kecibing terbentuk lalu bagian rambut lainnya disisir ke belakang kemudian dibentuk menjadi pangkak kedebong malang. Disebut demikian karena untuk pengeras di dalam pangkak itu dipakai kedebong (pelepah pohon pisang) yang dipasang malang (melintang). Gunanya untuk mengeraskan sanggul dan agar dapat dibentuk sanggul yang lebar .lebih-lebih untuk rambut yang lemas, penyangga dari gedebog ini sangat diperlukan . Bagi pengantin yang rambutnya kurang tebal untuk penebal dipakai daun pisang yang dirobek kecil- kecil atau kecocokan pudak wangi atau rajangan pandan wangi (Wawancara dengan penata rias, tanggal 13 April 2012)

Bentuk pangkak kedebong malang ini menyerupai angka delapan dengan ukuran lebar kurang lebih 20 cm dan tinggi 8 cm. Pangkak kedebong malang sengaja dipilih untuk pengantin karena pangkak yang besar menunjukkan rambut yang tebal dan panjang dan merupakan kebanggaan serta menambah kecantikan wanita dalam hal ini sang pengantin. Untuk menjaga agar pangkak tidak lepas atau melorot dipakai pasek punjung (tusuk konde) terbuat dari logam yang sekaligus sebagi hiasan, disamping hiasan–hiasan kepala lainnya. Untuk pengantin wanita hiasan bunga cempaka kombol (kuncup) melambangkan bahwa sang pengantin sebelum memasuki jenjang berumah tangga masih belum berkembang dan akan segera berkembang apabila telah berumah tangga. Sedangkan untuk bunga-bunga yang lain hanya untuk menambah keindahan dan kecantikan saja.

B. Sengkang Gigi Due Olas (dua belas)

Berbagai Asesoris Pakaian Pengantin Wanita Sasak Lombok
Berbagai Asesoris Pakaian Pengantin Wanita Sasak Lombok

Sengkang gigi dua olas mempunyai makna simbolik akan kesuburan. Wanita yang subur bagi orang Sasak, terutama pada zaman dahulu dianggap sebagai wanita yang ideal, karena dapat mempersembahkan keturunan yang banyak pada keluarganya. Khusus untuk golongan bangsawan sengkang gigi due olas terbuat dari emas sedangkan untuk golongan jajar karang biasa terbuat dari bahan perak atau tembaga

C.  Onggar-onggar

Onggar-onggar merupakan perhiasan pengantin wanita, terletak pada bagian kepala tepatnya menempel pada rambut onggar-onggar ini juga bisa disebut dengan kembang emas terbuat dari lempengan kuningan atau besi tipis yang disepuh emas. Onggar-onggar ini dipasang selebar sanggul, sehingga membentuk setengah lingkaran, onggar-onggar disusun sedemikian rupa yang terdiri dari dua baris, setiap baris menggunakan angka ganjil. Baris pertama terdiri dari 9 (sembilan) susuk onggar-onggar, baris kedua terdiri 7 (tujuh) onggar-onggar, dari jumlah seluruhnya berjumlah ganjil, ini menandakan bahwa angka ganjil bagi orang Sasak merupakan angka sakral mengenai bentuknya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Dilihat dari bentuknya onggar-onggar menyerupai daun semanggi berwarna emas dan letaknya diatas kepala. Pada dasarnya penggunaan onggar- ongar pada zaman dahulu sebelum penggunaan emas menggunakan daun semanggi saja, mengandung makna bahwa pengantin tersebut diharapkan dapat menjaga dan menjunjung tinggi kesucian pernikahannya. Pada bagian pangkal terdapat sebuah kawat yang berfungsi sebagai penahan agar tidak jatuh, mengandung makna tidak mudah goyah dari godaan. Pending/sabuk emas yang merupakan perhiasan yang berharga biasanya digunakan di pinggang sebagai sabuk pengantin yang berbentuk lipatan-lipatan panjang yang panjangnya kurang lebih sepanjang pinggang pengantin wanita, yang pada bagian kepala sabuknya terdapat sebuah permata terbuat dari intan yang berukuran lebih besar terdapat ditengah-tengahnya sehingga menciptakan keserasian dan keindahan tersendiri.

D. Kembang emas semanggi

Kembang emas semanggi merupakan perhiasan pengantin wanita yang terletak pada bagian kepala tepatnya dibawah onggar-onggar, keberadaan kembang emas semanggi pada pengantin wanita mempunyai makna bahwa kehidupan dari sang pengantin diharapkan selalu harmonis dan bahagia. Dilihat dari bentuknya seperti bunga semanggi yang terbuat dari kuningan atau emas, mempunyai makna bahwa pemakainya adalah keturunan bangsawan, sedangkan masyarakat biasa bahannya terbuat dari perak atau tembaga.

E. Lenteran Suku-Suku

Mempunyai makna simbolik akan kesuburan. Wanita yang subur bagi orang sasak terutama pada zaman dahulu dianggap sebagai wanita ideal, karena dapat memberikan keturunan yang banyak pada keluarganya, khusus untuk golongan bangsawan terbuat dari emas sedangkan untuk golongan biasa terbuat dari bahan perak atau tembaga.

F. Lenteran

Mempunyai makna simbolik akan kesuburan, sama dengan lenteran suku- suku. Wanita yang subur bagi orang sasak terutama pada zaman dahulu dianggap sebagai wanita ideal, karena dapat memberikan keturuna yang banyak pada keluarganya, khusu untuk golongan bangsawan terbuat dari emas sedangkan untuk golongan biasa terbuat dari bahan perak atau tembaga.

G. Kalong Ringgit

Kalong atau biasa disebut kalung, terletak pada leher pengantin wanita merupakan untaian dari emas atau perak yang diuntai sedemikian rupa yang mempunyai makna sebagai persatuan dan kesatuan di dalam rumah tangga. Dengan bentuknya yang terbuat dari bahan emas dan diberi koin emas sebanyak sebelas koin (angka ganjil) mempunyai makna bahwa pemakainya adalah golongan bangsawan, sedangkan untuk golongan masyarakat biasa terbuat dari bahan perak.

H. Pending/Sabuk emas

Pending merupakan perhiasan yang berharga, biasanya dipergunakan di pinggang sebagai sabuk pengantin yang berbentuk lipatan-lipatan yang panjang, kurang lebih seukuran pinggang pengantin wanita, yang pada bagian kepala sabuknya terdapat sebuah permata terbuat dari intan yang berukuran lebih besar terdapat ditengah-tengahnya sehingga menciptakan keserasian dan keindahan tersendiri. Pending terbuat dari bahan emas yang di dalamnya dilapisi kain yang berwarna merah. Mempunyai makna keberanian dalam mengarungi bahtera rumah tangga, sedangkan untuk masyarakat biasa bahannya terbuat dari bahan perak atau tembaga.

I. Selongkak Gendit ime

Bisa juga disebut teken ime, perhiasan ini merupakan perhiasan lengan pengantin wanita yang terbuat dari bahan emas tembaga, sebagai simbol bahwa pemakainya dari kalangan bangsawan atau menak, sedangkan untuk kalangan masyarakat biasa bahannya terbuat dari bahan perak, tembaga, berbentuk bulat dengan model melingkar melilit, mempunyai makna mempersatukan dan memperkuat.

J. Kancing Rupiah Emas

Kancing rupiah emas merupakan perhiasan yang terbuat dari bahan emas dan perak biasanya digunakan pada baju wanita dengan tujuan memperindah serta mempercantik pengantin wanita, yang terdiri dari tiga buah koin emas (angka ganjil) dan dibagian koin terdapat gambar seorang wanita muda cantik sebagai simbol dari keindahan serta kelemah-lembutan seorang wanita, penggunaan warna emas biasanya digunakan untuk golongan orang bangsawan, sedangkan warna perak untuk masyarakat  biasa.

K. Selongkak Gendit Nae

Bisa juga disebut teken nae atau gelang kaki, perhiasan ini merupakan perhiasan kaki untuk pengantin wanita yang terbuat dari bahan emas tembaga, sebagai simbol bahwa pemakainya dari kalangan bangsawan atau menak, sedangkan untuk kalangan masyarakat biasa bahannya terbuat dari bahan perak, tembaga, berbentuk bulat dengan model melingkar, mempunyai makna mempersatukan dan memperkuat.

L. Lempot

Lempot merupakan perhiasan pengantin wanita yang terbuat dari kain tenun halus yang diberi variasi beberapa benang emas di pinggirnya, penggunaannya dengan disampirkan di bagian pundak sebelah kiri sebagai lambang kasih sayang, serta mempunyai makna bahwa pengantin wanita tersebut diharapkan berbudi pekerti halus dan rendah hati dalam kehidupan sehari-hari, baik didalam keluarga maupun masyarakat sekitarnya. Pada lempot diatas menggunakan motif bunga matahari memiliki makna sebagai sebuah keharusan dan kesetiaan menunggu dalam kesendirian, sama seperti motif yang digunakan pada selewok.

M. Bendang/Selewok

Bendang songket/selewok songket merupakan sarung pengantin wanita dan laki-laki suku sasak yang terbuat dari bahan yang sarat dengan benang emas perak yang mengkilap serta di hiasi motif bunga dan daun yang mempunyai makna sebagai simbol kehidupan. Keberadaan motif diatas membuat sarung tersebut demikian indah, bahan kain yang digunakan terbuat dari bahan brokat, motif hias geometris segi enam di dalamnya diberi hiasan berbagai bentuk bunga, warna dasar kain adalah merah atau hitam bergaris-garis geometris kuning, penggunaan warna emas ini menunjukan bahwa si pemakainya adalah golongan orang bangsawan.

Pemakaian pakaian pengantin di suku Sasak tidak terlalu sulit, namun demikian pemakaiannya harus dilakukan secara cermat, sebagaimana yang umum dilakukan. Pertama-tama yang dipakai adalah pakaian dalam kemudian sarung dipakai dengan terlebih dahulu, kaki kanan dilangkahkan ke dalam sarung, kemudian menyusul kaki kiri, menurut kepercayaan orang Sasak apabila melakukan kegiatan dengan melangkahkan kaki kanan terlebih dahulu, maka kegiatan yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar. Setelah hal tersebut di atas dilakukan barulah sarung dinaikkan sampai ke pinggang kemudian diikat sekuat- kuatnya, yang mempunyai makna pernikahan dipertahankan. 

Adapun nama motif yang digunakan pada selewok ini yaitu motif subahnala yang maknanya mengagungkan nama Tuhan karena pengrajin berhasil menciptakan tanpa gangguan setan dan merupakan lambang kekaguman dan kehormatan, karena pada zaman dahulu orang Lombok hanya bias membuat tenun dengan motif sederhana,sedangkan subahanala adalah motif yang sangat rumit, biasanya kain tenun subahnale ini digunakan oleh para kalangan bangsawan dan terpandang karena menggunakan bahan yang lebih bagus dan ragam hias yang tertentu seperti halnya songket subahnale diatas menggunakan ragam hias tumbuh-tumbuhan seperti pohon cemara, bunga matahari, dan mawar. Pohon cemara melambangkan sesuatu yang tetap popular yang disimpulkan mempunyai makna sebuah hal yang memiliki sifat abadi atau selamanya, sedangkan bunga matahari memiliki makna sebagai sebuah keharusan dan kesetiaan menunggu dalam kesendirian. Motif ragam hias yang digunakan adalah dari benang katun berwarna dasar berbentuk kotak-kotak dan selang-seling antara biru oker, violet, hijau muda dan ungu. Pola ragam hias dengan warna yang cerah ini merupakan ciri khas tenun Sasak yang melambangkan sikap terbuka, keterbukaan masyarakat Sasak.

Selanjutnya Pakaian Adat Pengantin Pria Suku Sasak, Lombok, NTB dapat dibaca pada link Berikut

Pakaian Adat Pengantin Pria Suku Sasak, Lombok, NTB dan Makna Simbolisnya.

Refrensi :

Apriliasti Siandari,2013, Makna Simbolis Pakaian Adat Pengantin Suku Sasak Lombok Nusa Tenggara Barat, Sekripsi, UNY : Yogyakarta 

Komentar