Kisah Lalu Dia dan Lala Jinis, Cerita Rakyat Sumbawa
Pada zaman dahulu, terdapat dua kerajaan kecil di Pulau Sumbawa yang secara geografis berdekatan. Kerajaan Alas Lokaq dipimpin oleh seorang yang dikenal dengan sebutan Datu Alas. Datu Alas memiliki seoarang putra bernama Lalu Dia. Lalu dia sangat disegani dan dicintai oleh rakyatnya. Dia seorang pangeran yang sangat baik, tangkas dan memiliki hobi memelihara ayam. Di samping itu, Lalu Dia sangat tangkas dalam bermain takrau.
Ketika Datu Alas meninggal, Sang Pangeran tentu harus menanggung beban yang selama ini dipukul oleh ayahnya. Dia harus memimpin dan membuat rakyatnya hidup Makmur. Dalam situasi seperti itu, seorang teman yang selalu mendampingi Sang Pangeran adalah Puntuk. Puntuk adalah seorang pemuda yang sejak kecil sudah berteman dengan Sang Pangeran. Puntuk ini memang sejak kecil sudah dibesarkan di dalam lingkungan istana karena kedua orang tuanya merupakan hulubalang Kerajaan.
Ketika tampuk kepemimpinan dipegangnya kurang lebih satu tahun, Lalu Dia mendengar kabar bahwa Raja Seran akan melamar seorang gadis yang cantik jelita bernama Lala Jinis. Mendengar berita itu, Lalu Dia membuat rencana pergi ngayo (meraramaikan acara pinangan itu) Bersama beberapa bala pasukannya. Kepergiannya Lalu Dia ke Kerajaan Saran sesungguhnya karena ia ingin tahu apa yang terjadi di Kerajaan Saran. Dia tahu bahwa Raja Seran yang dikenal dengan nama Rapangatan adalah seorang raja yang sudah tua dan Lala Jinis adalah seoran gadis belia. Dia merasa heran, mengapa hal itu bisa terjadi. Di dalam benak Lalu Dia, tidak pernah terbesit sedikitpu niat jelek untuk menggagalkan pernikahan Raja Seran bersama Lala Jinis. Dia hanya ingin ngayo dan meramaikan acara sekaligus ingin cari tahu mengapa seorang gadis cantik jelita mau dikawini oleh seorang raja yang sudah tua bangka.
Sebelum keberangkatannya ke Kerajaan Seran. Lalu Dia memerintahkan kepada seluruh pasukan dan hulubalang kerajaan agar menyiapkan segala bekal yang nantinya dibutuhkan baik dalam perjalanan ataupun untuk bekal ketika sudah sampai di tempat tujuan. Lalu Dia tidak lupa memerintahkan kepada seluruh pasukan dan hulubalang kerajaan agar berlatih juga dalam memainkan bola takrau karena di sana mereka pasti akan bertanding melawan masyarakat setempat. Bukan hanya itu, Lalu Dia juga membisikkan kepada Puntuk untuk selalu membawa ayam jantan kesayangdn sang raja.
Kini tibalah saatnya Lalu Dia dan pasukan kerajaan, serta hulubalang Kerajaan Alas Lokaq berangkat menuju Kerajaan Seran. Pasukan dan hulubalang itu melengkapi diri dengan beberapa kuda sebagai kendaraan dan juga perlengkapan perkemahan. Mereka membawa perlengkapan perkemahan karena mereka tidak ingin merepotkan masyarakat Kerajaan Seran untuk menyiapkan tempat penginapan di Kerajaan Seran.
Sesampainya di Kerajaan Seran, Lalu dia dan pasukannya tidak mengimap di rumah warga seperti yang sudah disepakati sebelumnya. Mereka sengaja membuat gubuk-gubuk kecil di pinggir sungai yang disebut Tiu Kalamung. Di gubuk-gubuk ltulah Lalu Dia mencari tahu pada penduduk Kerajaan Seran tentang apa yang membuat Lala Jinis mau dinikahi oleh Raja Seran. Setiap hari Lalu Dia bertanya kepada setiap penduduk yang datang mengambil air di sekitar Tiu Kalamung. Sehari, dua hari berlalu tanpa ada satu pun orang yang berani memberitahu Lalu Dia tentang kenyataan yang terjadi di Kerajaan Seran. Pada hari ketiga, Lalu Dia bertemu dengan seorang yang identitasnya harus dirahasiaka. Orang bercerita tentang kenyataan yang sebenarnya. Dia berkata bahwa perkawinan Raja Rapangatan (Raja Seran) dengan Lala Jinis tidak dilandasi rasa suka sama suka tetapi karena adanya pemaksaan dari pihak Rapangatan. Mendengar berita itu, Lalu Dia kaget dan sontak niat yang sebelumnya hanya untuk meramaikan acara perkawinan menjadi gejolak amat kuat untuk menyelamtkan Lala Jinis dari perkawinan itu. Hari-hari dia lalui dengan berpikir keras bagaimana cara yang harus ditempuh agar perkawinan itu tidak terlaksana. Setelah Lalu Dia menemukan ide, ia langsung memerintahkan kepada seluruh pasukan dan hulubalangnya untuk sengaja membuat kegaduhan di pondok atau tenda tempat mereka menginap. Sebelum pasukan dan hulubalangnya diperintahkan, Lalu Dia menyampaikan kepada seluruh pasukan dan hulubalangnya bahwa Lala Jinisdipaksa agar mau dikawini oleh Raja Rapangatan.
Mengetahui hal itu, Puntuk yang secara kebetulan adalah teman dekat sang raja langsung setuju kalu pasukan dan hulubalang Kerajaan Alas Lokaq sengaja membyat kegaduhan di pondok atau tenda yang mereka tempati.
Mendengar laporan dari masyarakat dan pasukan kerajaan Seran. Panglima Kerajaan Seran merasa keberatan dan mendatangi pasukan Kerajaan Alas. Dia berkata ” Wahai saudara-saudara, saya melihat kalian selalu membuat keributan setiap malam di sini. Puntuk menjawab, ”Kami ke sini hanya meramaikan pernikahan antara Raja Rapangatan dengan Lala Jinis”. Panglima kemudian menjawab ”Semestinya kalian menjaga kenyamanan dan tidak seharusnya kalian membuat gaduh di sini”. ”Bukankah pasukan Kerajaan Seran juga sering datang Kerajaan kami dan berperilaku seperti ini? ” tanya puntuk. ”Siapa pemimpin kalian sehingga kalian berani seperti itu?” tanya panglima. ” Kami datang bersama raja kami,” jawab Puntuk dengan lantang.
Mendengar jawaban puntuk, Panglima segera melaporkan kejadian itu kepada Raja Rapangatan. Ketika hal itu disampaikan, sang raja berkata ”Biarkan saja mereka begitu, kamu jangan mencari gara-gara sebelum acara pernikahanku selesai, perintah sang raja. Begini saja wahai panglima, kamu tantang mereka untuk beradu ketangkasan dan sabung ayam! Mengapa besar taruhannya, tergantung kesanggupan mereka, ” ungkap Sang Raja. ”Baik Baginda, ” Jawab Panglima.
Keesokan harinya, panglima menyampaikan hal kepada pasukan Kerajaan Alas, hingga kedua belah pihak sepakat untuk beradu ketangkasan dan sabung ayam, mereka juga menyepakati waktu dan tempat acara akan dilaksanakan.
Kini tibalahsaat lomba dimulai.Lomba pertama adalah adu ketangkasan memainkan bola takrau antara Lalu Dia dengan Raja Rapangantan. Orang yang pertama kali memainkan bola takrau adalah Raja Rapangantan. Sebelum bola dimainkan, dia berkata, ''Wahai masyarakatku dan penonton lainnya, saksikanlah ketangkasanku memainkan bola ini, aku pasti bisa melambungkan bola ini lebih lama dan lebih banyak dibandingkan dengan Raja Lalu Dia. Mendengar Raja Rapangantan, Lalu Dia hanya berdoa agar diberikan kemampuan oleh sang pencipta untuk mengalahkan Raja Rapangatan.
Raja Rapangantan pun mengambil bagiannya. Ia mulai melambungkan bola satu, dua, tiga, empat, dan berakhiri pada hitungan kelima puluh. Ketika Rapangantan melambungkan bola sebanyak lima pulu kali, seluruh penonton bersorak. Setelan itu, Lalu Dia pun memainkan bola mulai dari hitungan satu, dua, tiga, empat, seterusnya. ternyata Lalu Dia mampu melambungkan bola lebih dari apa yang telah dilakukan oleh Raja Rapangantan. Ketika bola dilambungkan lebih dari lima puluh kali, para penonton bersorak-sorai. Dan ketika pada hitungan seratus bola jatuh tepat dipangkuan Lala Jinis yang pada saat itu sedang bersanding dengan petinggi kerajaan Seran. Pada saat itulah, mereka saling bertatapan dan terasalah getar-getar aneh dihati keduanya. Dalam hati Lalu Dia berkata, ”tidak sia-sia aku datang kemari karena kecantikan Lala Jinis sungguh luar biasa.”
Selanjutnya lomba sabung ayam, Ayam Lalu Dia yang diberi nama Puti Malino berhasil mengalahkan ayam Raja Seran yang bernama Ijo Koro Bawi, sehingga semua lomba di menangkan oleh Lalu Dia dan pasukannya. Kemudian, Lalu Dia memerintahkan pasukan Alas membawa semua hadiah balik Kerajaan Alas Loqaq.
Sementara Lalu Dia tetap tinggal di Kerajaan Seran dan berniat menemui Lala Jinis. Kemudian Lalu Dia yang ditemani oleh Puntuk bertemu dengan Lala Jinis yang didampingi oleh dayang-dayangnya di Tiu Kalamung. Meraka bereknalan, kemudian bercerita dan penuh dengan canda tawa, sesekali Lalu Dia mengungkapkan rasa kagumnya terhadap kecantikan yang dimiliki Lala Jinis. Mendengar pujian Lalu Dia, Lala Jinis tertunduk malu dan sekali melirik Lalu Dia yang juga sangat rupawan. Semua hal mereka ceritakan sampai pada permasalahan yang dihadapi Lala Jinis saat ini. Karena Lalu Dia jatuh cinta dan merasa kasihan kalau seandainya Lala Jinis dinikahi oleh seorang raja yang sudah tua bangka.
Lalu dia pun mengungkapkan keinginannya untuk membawa Lala Jinis pergi dari Kerajaan Seran. Keinginan Lalu Dia pun disambut dengan suka ciata oleh Lala Jinis. Akhirnya mereka berencana untuk lari dari pada malam hari ke Kerajaan Alas. Tetapi ketika ketika pada waktu yang disepakati, Lala Jinis tidak ada di tempat penjemputan yang telah disepakati. Lalu dia pun menunggu hingga larut malam, hingga pada pagi buta Lalu Dia kembali ke Kerajaannya. Sementara di tempat lain Lala Jinis merasa sangat gelisah, dia takut Lalu Dia marah kemudaian dia berdoa, ”Ya Tuhan jangan biarkan Lalu Dia pergi meninggalakanku karena aku sangat sayang dan takut kehilangan dia.”
Waktu terus berlalu, Lala Jinis setiap hari berkunjung ke Tiu Kalamung bersama dayang-dayangnya. Dia berharap bertemu dengan Lalu Dia, tetapi harapan tinggal lah harapan. Lalu Dia tidak pernah dating lagi ke Tiu Kalamung. Menghadapi kenyataan itu, Lala Jinis dirundung pilu dan kesedihan. Melihat kondisi Lala Jinis seperti itu, dayang-dayangnya pun mengusulkan supaya Lala Jinis pergi ke Kerajaan Alas Lokaq. Sehingga akhirnya Lala Jinis dengan ditemani dua orang dayangnya memberanikan diri untuk mengunjungi Lalu Dia di Kerajaan Alas Lokaq. Mereka sengaja berangkat malam hari suapaya tidak ada yang mengetahuinya dan menghindari serangan perampok di pertengahan jalan.
Sesampainya di Kerajaan Alas Lokaq Lala Jinis dan dayangnya ketemu dengan penjaga perbatasan yang kemudian mengantakanya ketemu dengan Raja Lalu Dia. Raja Lalu Dia pun langsung mengenali Lala Jinis dan memerintahkan seluruh dayang istananya menyiapkan seluruh kebutuhan Lala Jinis dan dayang-dayang yang menemaninya dari Kerajaan Seran.
Keesokan harinya Raja Lalu Dia meminta Lala Jinis menceritakan maksud dan tujuan kedatangannya. Kemudian Lala Jinis menceritakan mulai dari alasannya tidak memenuhi janjinya kepada Raja Lalu Dia dengan penuh penyesalan. ” Ampun Baginda, bukan maksud hati saya ingin mengingkari janji, sat itu tiba-tiba saat itu Kerajaan Seran dijaga dengan sangat ketat, seperti meraka tahu bahwa pada malam itu saya akan pergi meninggalkan kerakaan”, ungkap Lala Jinis. Mendengar alasannya Raja Lalu Dia pun luluh dan kekecewaannya pun lenyap, tersisa rasa cinta yang semakin dalam kepada Lala Jinis. Setelah itu Raju Lala Dia mengajak Lala Jinis untuk berkeliling kerajaan.
Sementara ditempat lain, Raja Rapangatan marah besar setelah mengetahui kepergian Lala Jinis. Dia ingin membumihanguskan Kerajaan Alas Lokaq dengan segera memerintahkan prajurit untuk menyerang dan menjemput Lala Jinis. Sesampainya di gerbang Kerajaan Alas, Raja Rapangetan beteriak ”Wahai Lalu Dia Kembalikan Lala Jinis, kalau tidak maka saya akan menyerang kerajaan ini”. Mendengar teriakan itu Raja Lalu Dia keluar dan mengatakan, ” Wahai saudaraku, kedatangan Lala Jinis bukan atas paksaan kami, dia datang kemari karena dia tidak ingin menikah dengan tuan”. Mendengar keributan itu pun Lala Jinis Keluar dan menyampaikan permohonan maafnya kepada Raja Rapangatan dan dia tidak bisa menikah dengannya. Mendengar ungkapan hati Lala Jinis, Raja Rapangatan pun nya sadar dan tidak jadi mnyerang kerajaan Alas Lokaq dan segera kembali ke kerajaannya.
Setelah pristiwa itu, Raja Lalu dia ingin menikahai Lala Jinis dengan telebih dahulu menjemput kedua orang tua lala jinis di Kerajaan Seran. Orang tua Lala Jinis terpaksa menikahkan anaknya dengan Raja Rapangatan karena memiliki hutang yang sangat banyak. Mengetahui hal itu, Raja Lalu dia pun membayar seluruh hutang Orang Tua Lala Jinis, kemudian membawa mereka ke Kerajaan Alas Lokaq.
Sesampainya di kerajaan Alas Lokaq, pesta pernikahan yang sangat megah pun diadakan. Raja Lalu Dia dan Lala Jinis pun bersanding di pelaminan dengan penuh kebahagiaan. Kebahagiaan mereka terlihat oleh seluruh rakyat dan tamu undangan. Setelah pernikahan mereka pun Kerajaan Alas Lokaq semakin damai dan sejahtera.