Tradisi Tama Lamong Untuk Remaja Putri Suku Samawa, Sumbawa, NTB
Upacara adat Tama Lamung Suku Samawa, Sumbawa, NTB merupakan salah satu upacara siklus daur kehidupan pada masyarakat Sumbawa, dalam upacara ini seorang gadis yang akan memasuki masa remaja atau akil baligh dengan dikenakan pakaian adat khas Sumbawa yaitu Lamung Pene. Lamung Pene yang dikenakan berupa tujuh corak warna yang masing-masing warna tersebut melambangkan makna kehidupan. Tama lamung dimaksudkan sebagai pemberitahuan kepada anak anak bahwa ia akan memasuki usia remaja, sehingga dapat menyadari dirinya baik secara fisik maupun mental dalam menghadapi perubahan perubahan yang akan dialaminya.
Tradisi tama lamong antara masyarakat sumbwa memiliki perbedaan denga suku Bugis seperti dalam hal musik pengiring dalam tradisi tama lamong tersebut. Tradisi tama lamong diiringi oleh sakeco yaitu membunyikan rebana ode dan rebana rea khususnya suku samawa. Sedangkan untuk suku Bugis di Daerah Sumbawa mengunakan gong genang tanpa mengunakan sakeco. Baik sakeco dan gong genang di iringi dengan basarakal. Sedangkan dikain putih si anak prempuan dioleskan warna kuning dibagian pinggirnya dan warna baju yang digunakan oleh si perempuan yaitu merah, hijau, biru, merah muda, hitam dan ungu.
Upacara ini dilaksanakan di atas tikar yang dinamakan “tipar lonjo atau tipar umpu”. Dalam upacara ini harus tersedia perlengkapan-perlengkapan seperti : dila malam, loto kuneng, loto ketan, ketupat dan baju (lamong pene) sebanyak 7 buah dengan warna yang berbeda. Tradisi tersebut berlangsung sambil diiringi dengan sarakal dan ratib. Ketujuh baju yang brbeda warnanya tesebut secara bergantian dikenakan oleh orang yang berbeda , setiap pemasangan baju selalu ditaburi/lempari dengan beras kuning (loto kuning). Setelah baju dikenakan maka sandro (dukun) akan mengelilingi anak tersebut dengan dila malam sebanyak 7 kali samb il membacakan doa agar si anak tersebut kelak dapat menjadi anak yang solehah dan berguna bagi nusa dan bangsa.
Adapun alur pelaksanaan tradisi tama lamongsebagai berikut ini:
Persiapan tama lamong
Sebelum pelaksanaan tama lamong terlebih dahulu melakukan persiapan. Dalam persiapan ini perlu dipersiapkan segala peralatan dan perlengkapan tardisi. Adapun perlengkapan yang disediakan dalam tradisi tama lamong, mengandung makna dan fungsi sebagai berikut:
- Ai (air) bermakna kesucian digunakan untuk membasuh,setelah itu dipercikan ke seluruh tubuh si anak perempuan.
- Lilin bermakna penerangan digunakan sebagai penerang
- Loto kuneng (beras kuning) bermakna spiritualitas digunakan denan cara menaburkannya keseluruh tubuh si anak.
- Nyir (kelapa) bermakna pengobatan airnya digunakan untukmembasuh tubuh si anak dan untuk minum.
- Dila malam sebagai penerang
- Dulang (nampan) bermakna social digunakan untuk meletakan semua perlengkapan yang diperlukan.
- Kre putih (kain putih) bermakna kesucian ) dipakaikan oleh si
- Lamong pene bermakna kehormatan dipakaikan kepada si anak hingga sebanyak 7 kali dengan 7 warna baju yyang berbeda-beda.
- Kawari bermakna kehormatan dikalungkan dileher si anak
- Mayang bermakna pengobatan dan kecantikan dipakai untuk memercikan air ketubuh si anak
- Pancar bermakna bermakna kecantikan ditangan si anak
- Bore (hiasan dahi) bermakna kedewasaan digunakan sebagai hiasan di dahi anak perempuan.
- Godong puntikbermakna spiritualitas digunakan untuk meletakan bahan-bahan yang dipakaidalam upacara Tama
Setelah peralatan dan perlengkapan dalam tradisi tama lamong ini sudah lengkap. Maka orang tua si anak perempuan yang akan melaksanakan tradisi tersebut langsung menghubungi sandro (dukun) yang biasa melaksanakan tradisi tama lamong tersebut. Sandro (dukun) memiliki karakteristik yaitu sangat paham tentang seluk-beluk dalam pelaksanaan tradisi tama lamong, tidak hanya paham dalam tama lamong saja melainkan tentang upacara basunat (khitan) setelah semua dianggap selesai, maka tradisi tama dilaksanakan.
Pelaksanaan tama lamong
Tradisi tama lamong ini dilaksanakan pada malam hari atau pagi hari tergantung dari orang tua yang mempunyai hajatan. Dalam pelaksanaan ini dihadiri oleh para tokoh masyarakat dan tokoh adat masyarakat Desa Rhee dan banyak dihadiri oleh warga yang ada di Desa Rhee maupun yang berasal dari luar Desa Rhee. Adapun alur pelaksaaan tradisi tama lamong sebagai berikut :
1. Pemandian anak
Tahap awal didalam pelaksanaan tradisi tama lamong ini adalah pemandian anak yang akan melakukan tradisi tama lamong, waktu pelaksanaan mandi ini tergantung dari waktu pelaksanaan upacaranya. Jika tradisi tama lamong dilaksanakan pada malam hari, maka pemandian dilakukan menjelang magrib, jika tradisinya dilaksanakan pada hari biasa, maka pemandian dilakukan pagi hari setelah sholat subuh dan menjelang terbitnya matahari. Pada proses pemandian ini dilakukan oleh seorang sandro (dukun). Air yang akan digunakan mandi oleh si anak sebelumnya sudah diberi do?a khusus oleh sandro (dukun).
2. Pemakain perlengkapan tama lamong
Setelah proses pemandian selesai, kemudian dilanjutkan dengan pemakaian perlengkapan tama lamong seperti lamong pene, 7 warna, kawari dan kre putih. Baju yang dipakaikan ada 7 warna yang berbeda, pemakaian perlengkapan ini dilakukan oleh 7 orang sandro (dukun) yang secara bergilir mengenakan ketujuh baju tersebut. Setelah itu baru diberi pancar, bore, dan loto kuneng. Setelah semuanya selesai maka proses upacara khitan langsung dimulai.
3. Pengiringan oleh sakeco dan doa
Selama pelaksanaan mengenakan perlengkapan tama lamong ini selalu diiringi oleh musik sakeco yang berupa memainkan rabana dan gendang. Didalam iringan ini diiringi pula oleh doa-doa dari para tokoh- tokoh agama yang ada di Desa Rhee, dalam pengiringan ini mengunakan alat-alat pengeras suara sehingga suara dari orang-orang basakeco terdengar hingga seluruh pelosok Desa Rhee. Sakeco sendiri merupakan salah satu musik khas Sumbawa yang selalu ditampilkan dalam berbagai acara di sumbawa termasuk dalam acara adat tama lamong. Pengiringan oleh musik sakeco ini dilakukan secara beramai-ramai hingga proses tama lamong berahir.
Penutup acara tradisi tama lamong
Setelah pelaksanaan tama lamong selesai, maka pada acara penutup ini dilakukan dengan membagi jajan yang sudah dibungkus oleh pihak keluarga penyelenggaran acara. Selain itu juga semua masyarakat yang datang ke acara tersebut disuguhi makanan dan diakhiri dengan jabat tangan antara keluarga penyelenggara hajatan dengan masyarakat yang datang.