Tenun Tembe Nggoli : Kain Tenun Khas Suku Mbojo Dompu dan Bima, NTB

Tembe Nggoli Kain Tenun Khas Dompu dan Bima NTB

Nusa Tenggara Barat adalah salah satu daerah yang kaya dengan kain tenun dengan kekhasan masing-masing suku dan dan lokasi, selain Tenun Sukarara, Tenun khas desa Sade dan Kre Alang dari sumbawa, terdapat Muna Tebe Nggoli atau kain tenun khas Tembe Nggoli. Tenun Tembe Nggoli berkembang di Desa Ranggo, Kecamatan Pajo, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.

Pada tahun 2012 Desa Ranggo ditetapkan sebagai Desa Budaya, karena secara historis merupakan desa tua dan banyak tradisi lama yang masih dipertahankan, dari tradisi lama inilah mendorong masyarakat Desa Ranggo mengembangkan usaha kreatif salah satunya adalah kerajinan tenun Tembe Nggoli. Tenun Tembe Nggoli sudah ada sejak zaman nenek moyang dan disebarkan secara turun temurun. Berikut ini uraian tentang  bahan baku, alat yang digunakan, dan proses pembuatan tenun tembe nggoli.

Bahan-Bahan Pembuatan Tembe Nggoli

Bahan utama pembuatan Tembe nggoli adalah benang. Benang yang digunakan adalah benang yang berkualitas tinggi dibanding benang-benang lainnya, benang-benang ini sudah diuji dengan ditarik atau digigit tidak dapat putus dengan mudah. ada lima jenis benang yang digunakan dalam pembuatan kain tenun tembe nggoli yaitu :

  1. Benang Mesrai
  2. Benang Salami
  3. Benang Emas
  4. Benang Perak
  5. Benang Nggoli
lima jenis benang bahan utama pembuatan Kain Tenun Tembe Nggoli
lima jenis benang bahan utama pembuatan Kain Tenun Tembe Nggoli

Alat untuk Menenun:

  1. Tampe adalah alat yang terbuat dari kayu Jati dengan panjang 1 m dan lebar 70 cm. Fungsi alat ini adalah untuk menggulung benang yang sudah di hani. Hani adalah proses merentangkan dan mengatur posisi benang.
  2. Tandi adalah dua buah papan dengan tebal 3 cm dan berukuran 1 m tersebut dari konstruksi kayu yang diletakkan sejajar dan ditengahnya terdapat kayu sebagai penyambung diantara kedua papan tersebut. Tampe yang berfungsi sebagai penggulung benang lungsi yang belum ditenun. 
  3. Koro O'o adalah potongan bambu dengan panjang 70 cm, pada bagian tengah telah dihaluskan agar pada saat menggulung benang tidak kusut. Berfungsi untuk memisahkan benang atas dan bawah.
  4. Koro Sadinda adalah potongan bambu kecil dengan panjang 70 cm, berfungsi untuk membuat motif. Jumlahnya disesuaikan dengan banyak motif yang akan dibuat.
  5. Lira adalah alat yang terbuat dari pohon asem dalam bahasa Bima-Dompu disebut Tera Mangge dengan panjang 1 m, memiliki dua ujung yang tebal dan tipis disesuaikan  dengan fungsinya untuk merapatkan benang atau Katete pada saat menenun.
  6. Cau atau sisir tenun adalah alat untuk merapatkan benang pada saat menenun, dimana setiap sisiran dimasukkan benang satu persatu untuk menghasilkan sisiran yang bagus.
  7. Lihu adalah alat dari kayu yang bagian tengahnya melebar, sisi-sisi dihaluskan dan bagian tengahnya dibuat melengkung atau sesuai dengan bentuk pinggang penenun, kedua ujungnya diikat dengan tali yang dihubungkan dengan dapu. Panjang Lihu adalah 1 m dan lebar 15 cm.
  8. Suje Pasu adalah potongan bambu yang dihaluskan dengan panjang 28 cm, berfungsi sebagai penggulung benang pada Pakan dan dimasukkan dalam Taropo.
  9. Taropo adalah potongan bambu yang salah satu ujungnya ditutup dengan lilin dengan panjang 35 cm, berfungsi sebagai tempat Suje Pusu yang sudah diisi benang pakan.
  10. Janta adalah alat yang terbuat dari potongan kayu berfungsi untuk memalet benang sebelum dibentangkan.
  11. Langgiri adalah alat yg berfungsi untuk membentakan benang.
  12. Piso Kuu adalah alat yang terbuat dari kayu dengan ukuran 1 m, berfugsi untuk menganggakat benang yang akan dimasukkan kedalam Cau.
  13. Dapu adalah alat yang terbuat dari kayu jati dengan panjang 1 m dan lebar 12 cm, berfungsi untuk menggulung kain yang sudah ditenun.
  14. Gunting adalah alat yang digunakan untuk memotong kain atau benang pada saat menenun.
alat-alat pembuatan Tembe Nggoli kain Tenun Khas Dompu- Bima
Alat-alat pembuatan Tembe Nggoli kain Tenun Khas Suku Mbojo, Dompu-Bima NTB

Prosedur Pembuatan Tenun Tembe Nggoli di Desa Ranggo, Kecamatan Pajo, Kabupaten Dompu, NusaTenggara Barat

Kain tenun merupakan mahkota seni penenunan yang bernilai tinggi dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan pakaian. Dalam pembuatannya membutuhkan modal ketelitian, keuletan, ketekunan, dan mengandalkan keterampilan tangan, namun terciptanya kain tenun yaitu adanya benang lungsi secara selang seling, diangkat dan dimasukkan benang pakan melalui Taropo, dengan memasukkan secara bolak balik ke kiri dan ke kanan atau ke kanan dan ke kiri.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa proses pembuatan adalah serangkaian proses pembuatan tenun dari benang sampai menjadi sebuah kain. Menenun adalah mengolah bahan baku yang berupa benang menjadi barang anyaman yang disebut kain tenun.

Proses menenun Tembe Nggoli Bima-Dompu NTB
Proses menenun Tembe Nggoli Bima-Dompu NTB (Foto:@Reza Aninta)

Proses pengerjaan bahan baku menjadi kain yang melintang pada benang lungsi yang disebut benang pakan. Proses penyilangan benang pakan pada sela jajar benang lungsi tersebut pada umumnya secara bertahap dengan cara meluncurkan Taropo dari sisi kiri dan kanan dan sebaliknya.

Secara umum prosedur pembuatan kain tenun Tembe Nggoli melalui beberapa tahap yaitu:

  1. Persiapan alat dan bahan baku benang.
  2. Penggulungan benang atau Moro.
  3. Pemisahan benang atau Ngane.
  4. Proses memasukkan benang ke Cau atau sisir tenun.
  5. Pembentangan dan penggulungan benang.
  6. Pembuatan motif dengan menggunakan Ku’u.
  7. Proses pembuatan tenun.

Persiapan alat dan bahan baku seperti yang dijelaskan di atas. Proses pembuatan tenun songket ini dimulai dengan penggulungan benang atau Moro, dimana penggulungan benang ini dilakukan oleh satu orang dengan teknik memutar menggunkan tangan kiri dan tangan kanan. Namun dalam pembuatan tenun Tembe Nggoli hanya memasangkan benang pada alat yang bernama Janta yang kemudian siap dibentangkan pada alat yang bernama Langgiri. Proses penggulungan benang ini tidak membutuhkan waktu yang lama.

Setelah melakukan penggulungan benang atau Moro dilanjutkan dengan proses pemisahan benang atau Ngane, dimana pemisahan ini berfungsi untuk memisahkan warna benang, setelah memisahkan warna tersebut barulah dimasukkan satu persatu ke dalam sisir tenun dengan menggunakan alat sepotong bambu kecil yang telah diruncingkan pada ujung bambu tersebut.

Proses selanjutnya yaitu memasukan benang ke dalam Cau ata sisir tenun, proses ini adalah proses paling sulit dalam menenun karena pada proses ini dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran agar benang yang dimasukan kedalam Cau nantinya menghasilkan kain tenun yang baik. Dalam proses ini tidak semua orang bisa melakukan hanya orang –orang tertentu yang sudah menguasai tekniknya.

Proses memasukan benang ke dalam Cau atau sisir tenun yaitu kedua kaki harus diluruskan ke depan agar mudah dalam pengerjaannya dan membutuhkan waktu setengah hari dalam proses pengerjaan ini, dan prosesnya harus terus berjalan tidak boleh ditinggalkan karena jika ditinggalkan ujung pangkal benang akan sulit ditemukan sehingga benang akan mudah kusut.

Setelah memasukan benang pada Cau atau sisir tenun proses selanjutnya adalah membentangkan benang sehingga terlihat lurus dan bisa melihat benang yang belum dimasukan dalam Cau atau sisir tenun, dimana dalam proses ini dilakukan oleh satu sampai dua orang. Kemudian benang yang telah dibentangkan akan digulung menggunakan alat yang disebut Tampe.

Dalam proses pembentangan benang membutuhkan waktu yang lama karena dalam pengerjaannya perajin harus teliti dalam melihat benang, dimana benang-benang ini harus lurus dan sesuai dengan pasangan masing-masing, benang yang sudah dibentang diangkat satu demi satu agar mudah saat digulung dan tidak bercampur dengan benang lainnya. Setelah benang lurus dan sesuai dengan pasangan masing-masing, barulah benang mulai digulung dari ujung yang satu ke ujung lainnya. Dalam proses ini dibutuhkan ketelitian.

Proses selanjutnya adalah pembuatan motif pada kain tenun, dimana pada pembuatan benang menggunakan Nggoli, atau benang emas dan perak agar terlihat mewah saat digunakan. Pada pembuatan motif ini disesuaikan dengan lebar kain dan dilakukan berulang-ulang. Dalam proses pembuatan motif pengrajin benar-benar menghitung dan mengingat agar motif yang dihasilkan sama baik di samping kanan maupun kiri pada kain tenun. Motif tenun pun disesuaikan dengan permintaan pasar.

Selanjutnya adalah proses menenun dalam proses ini dilakukan berbagai tahap untuk mendapatkan kain tenun yang berkualitas diantaranya benang pakan dan benang lungsi ke arah kanan dan kiri untuk menghasilkan tenun yang diinginkan. Dalam proses ini posisi badan harus seimbang, kaki diluruskan ke depan dan pada saat menenun tangan harus cepat dalam mengganti alat yang satu dengan lainnya.

Pada saat penggantian benang dibutuhkan ketelatenan agar tidak salah memasukan benang dan untuk menghasilkan tenunan yang rapi harus sesering mungkin menggunakan alat Cau sisir tenun.

Jenis Motif dan Makna simbolis tiap motif kain tenun Tembe Nggoli dapat dibaca pada artikel berikut :

4 Motif Tembe Nggoli, Kain Tenun Khas Suku Mbojo Bima Dompu, NTB, yang Paling Populer

Refrensi :

Mar’Atun Sholihah,2016, Kerajinan Tenun Tembe Nggoli Di Desa Ranggo, Kecamatan Pajo, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, Sekripsi, UNY : Yogyakarta 

Komentar