Pakaian Adat Suku Sasak Lombok
Pakaian adat Lombok merupakan salah satu keunikan Lombok yang disenangi oleh para wisatawan sehingga sering ditemui para wisatawan berfoto dengan mengenakan baju adat dibeberapa desa wisata di Lombok.
Pakaian adat Suku Sasak yang utama adalah Pakaian Lambung untuk perempuan dan Pakaian adat Pria disebut dengan Pakaian Pegon. Pakaian ini biasanya digunakan pada waktu menyambut kedatangan tamu dan saat tengah mengikuti upacara adat terutama dalam prosesi pernikahan adat sasak, Lombok yaitu Nyongkol bagi para pengiring pengantin.
Pakaian adat suku Sasak Lombok, baik untuk pakaian Wanita maupun pakaian Pria, terdiri dari 6 bagian meliputi:
A. Pakaian Adat Lombok untuk Wanita (Pakaian Lambung)
Pakaian adat Lombok untuk wanita sering disebut Pakaian Lambung terdiri dari beberapa bagian yang penggunaan nya memiliki makna simbolis sebagai berikut :
- Pakaian adat Sasak bagi perempuan disebut Lambung yaitu Baju (tangkong) hitam tanpa lengan dengan kerah berbentuk huruf V dan sedikit hiasan di bagian giigir baju dan sedikit hiasan di bagian gigir baju. Pakain adat lambug ini dibuat menggunakan bahan kain pelung. Penggunaan lambung memiliki makna sebagai lambang keagungan seorang wanita.
- Selendang (lempot) yang menjuntai di bahu kanan bermotif ragi genep yang merupakan jenis motif kain tenun khas suku Sasak Lombok. Pemakaian selendang atau lempot memiliki makna sebagai lambang kasih sayang kepada sesama yang harus dimiliki setiap masyarakat Suku Sasak. Kereng, sebagai lambang kesuburan tubuh dan kesopanan sikap kepada sesama.
- Pangkak dipakai di kepala yaitu mahkota emas berbentuk bunga cempaka dan mawar yang diselipkan di sela konde/sanggul. Seiring perkembangan zaman pangkak jarang digunakan karena wanita suku Sasak beralih mengenakan Jilbab sebagai lambang menjaga aurat atau kesucian bagi kaum Wanita.
- Tongkak yang dipasang di bagian pinggang yaitu sabuk panjang dari kain tenun yang dililitkan pada pinggang dengan bagian ujung rumbai berada di sebelah kiri. Pemakaian tongkak memiliki makna sebagai lambang ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan pengabdian kepada Orang Tua, Suami bagi wanita yang telah menikah, dan kepada masyarakat.
- Kereng sebagai bawahan yaitu kain panjang atau kain tenun Songket khas Lombok yang dililitkan sampai lutut atau mata kaki dengan bordiran di tepi kain bermotif kotak-kotak atau segitiga. Penggunaannya sebagai lambang kesopanan, dan kesuburan.
Sebagai tambahan aksesoris, ditambahkan sepasang gelang tangan dan gelang kaki berbahan perak, sowang atau anting-anting berbentuk bulat terbuat dari daun lontar. Rambut diikat rapi dan sebagai aksen diselipkan bunga cempaka dan mawar, atau bisa juga disanggul dengan model punjung pliset.
Aksesoris, sebagai lambang kecantikan seorang wanita dan lambang sosial, semakin banyak dan mahal aksesoris yang dipakai maka wanita tersebut berasal dari sosial yang tinggi.
B. Pakaian Adat Pria (Pakaian Pegon)
Pakaian adat Lombok untuk pria sering disebut Pegon terdiri dari beberapa bagian yang penggunaan nya memiliki makna simbolis sebagai berikut :
- Cappuq atau Sapuk, merupakan mahkota yang ditaruh di atas kepala. Mahkota digunakan sebagai lambang penghormatan pada Tuhan Yang Maha Esa. penggunannya juga dimaksudkan untuk menjaga pemikiran pemakaianya dari hal-hal kotor dan tidak baik
- Pegon merupakan baju yang mendapat pengaruh adat Jawa dan mengadopsi model jas Eropa. Untuk memudahkan pemakai, biasanya ada celah terbuka di bagian belakang Pegon. Penggunaan pegon ini bermakna sebagai lambang keagungan seorang pria dan kesopanan sikap kepada sesame.
- Leang atau Dodot, yaitu kain songket yang berfungsi untuk menyelipkan keris. Kain ini digunakan dengan cara melilitkannya di pinggang sebagai lambang semangat dalam berkarya, pengabdian kepada Orang Tua dan masyarakat.
- Kain songket yang digunakan beragam motifnya, ada Subahnale, Keker, dan Bintang Empet
- Kain dalam dengan wiron, yaitu jenis kain yang digunakna sebagai penutup tubuh bagian bawah yang dililitkan dari pinggang hingga sebatas mata kaki dengan ujung tengah lurus menjuntai ke bawah. Dalam penggunaan kain wiron tidak diperkenankan untuk memakai kain polos berwarna putih atau merah, melainkan kain bermotif khas Lombok. Penggunaan kain wiro sebagai lambang kerendahan hati dan sikap tawadhu’ yang harus dimiliki setiap masyarakat Suku Sasak
Untuk perlengkapan pendukung ada keris dan selendang Umbak. yaitu sapuk yang khusus diperuntukkan bagi para pemangku adat atau pengayom masyarakat. Pembuatannya dilakukan dengan ritual khususu dalam keluarga sasak. Jenis kain yang digunakan umumnya berwarna merah dan hitam dengan panjang berkisar empat meter yang dihiasi dengan kepeng bolong.
Dalam ataurannya penggunaan keris sebagai lambang adat bagian mukanya harus menghadap kedepan sebagai lambang kesatria, jika terbalik maka bermakna berperang atau siaga. Selendang Umbak, sebagai lambang kasih sayang dan kebijakan bagi pemakainya.